Jumat, 10 Oktober 2008

Aspek Kesmavet E. sakazakii

Enterobacter sakazakii pada Susu Formula Bayi:
Aspek Kesehatan Masyarakat Veteriner

Bagian Kesehatan Masyarakat Veteriner
Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner
Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor
Jalan Agatis Kampus IPB Darmaga Bogor, Telpon/Faksimili +251 8625588




Pendahuluan
Susu merupakan pangan asal hewan yang mengandung gizi tinggi, yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia. Kandungan gizi dan keadaan susu sangat menunjang pertumbuhan mikroorganisme, baik mikroorganisme patogen (menyebabkan sakit pada konsumen) maupun mikroorganisme pembusuk (menyebabkan kerusakan pada susu). Sapi yang sakit dapat mengeluarkan mikroorganisme patogen ke dalam susu dan jika terminum oleh konsumen, maka konsumen tersebut akan terinfeksi. Hal ini dikenal sebagai zoonosis, yaitu penyakit-penyakit yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia atau sebaliknya.

Telah dilaporkan bahwa 75% penyakit-penyakit baru (emerging diseases) yang menyerang manusia selama lebih dari dua dasa warsa terakhir diakibatkan karena berpindahnya patogen-patogen hewan (animal pathogens) ke manusia dan karenanya diklasifikasikan sebagai zoonosis (Brown 2004). Selanjutnya, Center for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat (2006) menyatakan bahwa saat ini telah terdapat lebih dari 250 penyakit-penyakit yang dapat ditularkan melalui makanan atau yang dikenal dengan foodborne diseases. Hal ini menjadi permasalahan dan tantangan bagi kesehatan masyarakat saat ini dan masa depan.

Masalah kesehatan masyarakat yang terkait dengan hewan dan produk hewan dikenal sebagai kesehatan masyarakat veteriner atau Kesmavet (veterinary public health), yang merupakan bagian dari kewenangan, tugas, dan tanggung jawab profesi dokter hewan. Istilah Kesmavet pertama kali digunakan World Health Organization (WHO) pada tahun 1951. Definisi Kesmavet saat itu yang dirumuskan oleh the Joint of WHO/FAO Experts Group on Zoonoses (1951) adalah seluruh usaha masyarakat yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh seni dan ilmu kedokteran hewan, yang diterapkan untuk pencegahan penyakit, perlindungan hidup dan peningkatan kesejahteraan manusia. Sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi, definisi Kesmavet terus dikembangkan dan direvisi. Pada pertemuan WHO, FAO, OIE, WHO/FAO Collaborating Centre for Research and Training in Veterinary Epidemiology and Management (1999), definisi Kesmavet direvisi kembali dan mengacu pada definisi sehat yang ditetapkan oleh WHO, sehingga Kesmavet didefinisikan sebagai kontribusi terhadap kesehatan fisik, mental, dan kesejahteraan sosial masyarakat melalui suatu pemahaman dan penerapan ilmu kedokteran hewan.

Berkaitan dengan kesehatan masyarakat, profesi dokter hewan sebagai salah satu profesi medik utama yang memiliki tujuan akhir melindungi/menjaga dan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan manusia. Oleh sebab itu, semua usaha dan tindakan yang dilakukan dokter hewan tidak hanya melulu terfokus pada kesehatan hewan saja, namun sangat memperhatikan dan peduli terhadap pengaruh dan akibat dari tindakannya terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Dengan demikian, profesi dokter hewan merupakan bagian penting dan tidak terpisahkan dari kesehatan masyarakat.

Salah satu agen patogen baru penyebab foodborne disease (emerging foodborne pathogen) yang terkait dengan susu bubuk formula bayi (powdered infant formula) adalah Enterobacter sakazakii. Pada bulan Juni 2003, negara-negara anggota WHO dan the FAO/WHO Codex Alimentarius Commission (CAC) telah memberikan perhatian terkait dengan adanya risiko penyakit yang diakibatkan oleh Enterobacter sakazakii dan patogen-patogen lain dalam susu formula bayi. Selanjutnya pada Maret 2004, the Codex Committee for Food Hygiene (CCFH) menyetujui untuk menindaklanjuti sesecepat mungkin revisi the International Code of Hygienic Practice for Foods for Infants and Children, termasuk kriteria mikrobiologis dari E. sakazakii dan mikroorganisme-mikroorganisme lain. Pada pertemuan CCFH sesi ke-39, the International Code of Hygienic Practice for Foods for Infants and Children telah mengalami revisi yang pesat.


Karakteristik dan Sumber Bakteri Enterobacter sakazakii
Bakteri ini merupakan bakteri batang, Gram negatif dari famili Enterobacteriaceae, dan digolongkan sebagai bakteri koliform. Bakteri ini bersifat motil (memiliki peritrichous flagella), tidak membentuk spora, memproduksi koloni berpigmen kuning. Sebelum tahun 1980, bakteri ini disebut sebagai yellow-pigmented Enterobacter cloacae (INFOSAN 2005). Bakteri ini dapat dimusnahkan pada suhu di atas 70 °C.

Habitat alami bakteri ini tidak diketahui pasti. E. sakazakii dapat dideteksi pada usus manusia sehat, serta dapat pula ditemukan di usus hewan dan lingkungan.

E. sakazakii merupakan bakteri patogen yang bersifat oportunistik. Bakteri ini menyebabkan meningitis, sepsis, bakterimia, dan necrotizing enteritis pada bayi (Kim et al. 2007). Tingkat mortalitas dari infeksi E. sakazakii ini mencapai 20 – 50%.

Bakteri ini dapat diisolasi dari berbagai macam lingkungan dan makanan (Tabel 1). Susu bubuk formula bayi telah banyak dilaporkan berkaitan erat dengan sumber E. sakazakii pada sejumlah wabah infeksi bakteri tersebut (Kim et al. 2007). Bowen dan Braden (2006) menyatakan E. sakazakii telah menyebabkan kematian 40–80% bayi-bayi yang terinfeksi bakteri tersebut dan berkaitan dengan susu bubuk formula.


Tabel 1 Sumber bakteri E. sakazakii yang pernah diisolasi (NZFSA 2008)

1. Pangan dan Peralatan Pangan: gelas bir, keju, cured meat, fermented bread, bubuk formula bayi berbasis susu dan kedelai, peralatan untuk menyiapkan bubuk formula bayi (blender, sendok, sikat botol), lettuce, bubuk susu, daging giling, daging, bulir padi, sosis, teh asam, tahu, sayuran, air (dalam pipa, biofilm)

2. Lingkungan: minyak mentah, cutting fluids, lalat buah, pabrik pengolahan pangan (susu, sereal, coklat, tepung kentang, pasta), rumah sakit (udara, stetoskop, materi klinis), rumah tangga, hydrothermal spring, tikus, rhizophere, sedimen, wetlands, tanah

Kontaminasi Susu Formula Bayi dan Kasus Infeksi E. sakazakii
Susu bubuk formula bayi bukanlah produk pangan yang steril, sehingga masih memungkinkan dapat mengandung mikroorganisme patogen. E. sakazakii banyak ditemukan di lingkungan pabrik yang berpotensi sebagai sumber kontaminasi setelah pasteurisasi (Anon 2002). Secara garis besar terdapat tiga jalur masuknya E. sakazakii ke dalam formula bayi: (1) bahan baku untuk produksi susu formula bayi; (2) kontaminasi pada susu formula bayi atau bahan baku kering lainnya setelah proses pasteurisasi; dan (3) kontaminasi pada susu formula saat disiapkan sebelum dikonsumsi (Anon 2004). Sebesar 20-50% dari kasus infeksi E. sakazakii, disebabkan susu formula (sebagai vehicle), akan tetapi rendahnya sanitasi pada waktu rekonstitusi dan penanganan merupakan sumber penularan.

Dalam Codex dinyatakan bahwa susu formula bayi boleh mengandung koliform asal tidak melampaui batas 3 bakteri/gram formula. E. sakazakii termasuk kelompok koliform ini.

Susu bubuk formula bayi belum pernah diidentifikasi secara jelas sebagai alat tran sportasi atau sumber penularan infeksi untuk kasus yg bersifat sporadis jika dibandingkan dengan kejadian infeksi yang disebabkan salmonella. Hal ini lebih banyak disebabkan kesulitan mengidentifikasi penyebab kasus-kasus sporadik.
Susu bubuk formula dianggap sebagai kendaraan (vehicles) dan sumber penularan. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam penularan E. sakazakii adalah:
• Belum ada laporan transmisi dari satu bayi ke bayi lainnya atau penyebaran dari satu lingkungan ke lingkungan lainnya.
• Kontaminasi dalam susu formula dapat terjadi karena kurang higienis pada saat penyediaan, penyimpanan yang lama pada suhu kamar (tidak disimpan pada suhu refrigerator) setelah preparasi.
E. sakazakii ditemukan pada lingkungan tempat produksi, fasilitas produksi dan peralatan.
Beberapa kasus dan wabah akibat infeksi E. sakazakii pada bayi telah banyak dilaporkan di negara-negara maju dan berkembang. Beberapa kasus infeksi E. sakazakii pada bayi-bayi dapat dilihat pada Tabel 2.


Tabel 2 Kasus Infeksi E. sakazakii pada Bayi


1961 Inggris 2
1965 Denmark 1
1979 Georgia Amerika Serikat 1
1981 Indiana Amerika Serikat 1; Oklahoma Amerika Serikat 1
1983 Belanda 8
1985 Missouri Amerika Serikat 1
1988 Amerika Serikat 2
1989 Portugis 1; Iceland 1; Tennessee Amerika Serikat 3
1990 Maryland Amerika Serikat 1
1991 Ohio Amerika Serikat 1
2000 North Carolina Amerika Serikat 1
2001 Israel 2; Belgia 1
2002 Israel 2; Tennessee Amerika Serikat 1; Wisconsin Amerika Serikat 1
2003 Amerika Serikat 6
2004 Perancis 2; Amerika Serikat 2
2005 Amerika Serikat 2

Rendahnya sistem surveillance di suatu negara dan penggunaan susu formula bayi yg meluas menyebabkan kehadiran E.sakazakii dalam susu formula bayi dan efeknya terhadap bayi merupakan masalah kesehatan masyarakat.


Faktor-Faktor Risiko Pasien yang Terinfeksi E. sakazakii
E. sakazakii menyebabkan sakit pada semua kelompok umur. Namun kelompok umur di bawah 1 tahun merupakan kelompok berisiko tinggi. Kelompok yang memiliki risiko tertinggi terhadap infeksi E. sakazakii adalah bayi yang baru lahir (sampai 28 hari), terutama lahir prematur, berat di bawah 2.5 kg, atau bayi yang tidak memiliki kekebalan tubuh (immunocompromised). Bayi yang dilahirkan dari ibu yang terinfeksi HIV merupakan kelompok berisiko tinggi.


Tindakan Pencegahan Infeksi terkait Susu Bubuk Formula

Cara preparasi susu bubuk formula yang benar:
1. Botol yang digunakan harus steril (sebelum digunakan direbus terlebih dahulu).
2. Masukkan susu formula ke dalam botol.
3. Air panas yang akan dipakai adalah air yang telah dididihkan, dinginkan sejenak sekitar suhu pasturisasi (70 – 90 °C) untuk menghindari susu menggumpal. Masukkan ke dalam susu formula tersebut.
4. Dinginkan campuran tersebut sampai suhu tubuh sebelum diberikan pada bayi.
5. Setelah selesai pemberian susu, botol segera dicuci bersih dan disteril/direbus. Simpan. Sebelum dipakai harus dibilas kembali dengan air panas (lihat no 1).
6. Biasakan untuk mencampur/rekonstitusi susu untuk 1 kali pemberian. Hal ini mencegah infeksi penyakit.
7. Buanglah sisa susu yang belum habis diminum jika sudah tersimpan 2 (dua) jam atau lebih.
8. Penambahan bahan-bahan lain dalam susu formula tersebut juga memungkinkan kontaminasi dari luar.
Industri wajib mencantumkan petunjuk untuk konsumen dalam label kemasan untuk cara penanganan dan penyimpanan susu tersebut setelah direkonstitusi.
Industri persusuan telah mempunyai standar pembuatan susu bubuk. Pengawasan terhadap keberadaan bakteri dan jumlahnya telah mengikuti standar dunia (FAO).



Daftar Pustaka
Anon. 2002. FDA warns about possible Enterobacter sakazakii infection in hospitalized newborns fed powdered infant formulas. 888-INFO-FDA. http://www.cfsan.fda/~dms/inf-ltr3.html [25 Juni 2007].
Anon. 2004. Questions and answers on Enterobacter sakazakii in powdered infant formula. http://www.who.int/foodsafety/publications/micro/en/qa2.pdf [27 Februari 2008]
Brown C. 2004. Emerging zoonoses and pathogens of public health significance – an overview. Rev. sci. tech. Off. int. Epiz. 23: 435-442
Erickson M.C. dan Kornacki J.L. 2005. Enterobacter sakazakii: an emerging food pathogen. http://www.ugacfs.org/faculty/Erickson/EBWhitePaper.mpd.PDF [27 Februari 2008].
[International Food Safety Authorities Networks] INFOSAN. 2005. Enterobacter sakazakii in powdered infant formula. INFOSAN information Note No. 1/2005
Kim H., Ryu J-H., Beuchat L.R. 2007. Effectiveness of disinfectants in killling Enterobacter sakazakii in suspension, dried on the surface of stainless steel, an in a biofilm. Appl. Environ. Microbiol. 73: 1259-1265.
[New Zealand Food Safety Authority] NZFSA. 2008 Common sources and environments of E. sakazakii. http://www.nzfsa.govt.nz/dairy/publications/ information-pamphlets/enterobacter-sakazakii [25 Februari 2008]




Bagian Kesmavet FKH IPB
1. R. Roso Soejoedono, drh, MPH, DEA
2. A. Winny Sanjaya, drh, MS, Dr
3. Hj. Mirnawati Sudarwanto, drh, Dr.med.vet., Prof.
4. H. Widiyanto Dwi Surya, drh, MSc, PhD
5. Abdul Zahid Ilyas, drh, MSi
6. Trioso Purnawarman, drh, MSi
7. Denny Widaya Lukman, drh, MSi, Dr.med.vet.
8. Etih Sudarnika, Ir, MSi
9. Hadri Latif, drh, MSi
10. Chaerul Basri, drh.