Emerging Zoonosis Bersumber Satwa Liar
Denny W. Lukman
Beberapa tahun terakhir perdagangan satwa
liar semakin marak di dunia yang dipengaruhi antara lain oleh perubahan gaya
hidup dan ekonomi. Perdagangan tersebut
bersifat lokal, regional, dan internasional, baik secara legal maupun
illegal. Dari aspek kesehatan hewan dan
manusia, hal tersebut memicu penyebaran dan penularan penyakit yang mengancam
manusia, peternakan, perdagangan internasional, perekonomian, populasi satwa
liar asli, dan kesehatan lingkungan.
Sebanyak 30.2% penyebab utama tingkat
kesakitan dan kematian pada manusia dan 25% kematian global berasal dari
penyakit menular (WHO 2000). Zoonosis (penyakit yang dapat ditularkan dari
hewan ke manusia) merupakan mayoritas dari penyakit menular yang menimbulkan
tingkat kesakitan dan kematian pada manusia (Katare dan Kumar 2010). Sebanyak 1415 mikroorganisme penyebab
penyakit pada manusia telah diidentifikasi, yang terdiri dari 217 virus dan
prion, 538 bakteri dan riketsia, 307 cendawan (fungi), 66 protozoa, dan 287 cacing. Dari 1415 mikroorganisme tersebut, 868 (61.3%)
mikroorganisme bersifat zoonotik.
Sebanyak 175 dari 1415 (12.4%) mikroorganisme tersebut terkait penyakit infeksius baru (emerging infectious disease/EID) dan yang muncu kembali (reemerging
infectious disease/REID). Dari 175
mikroorganisme mikroorganisme EID/REID, 132 (75%) bersumber pada hewan atau
bersifat zoonotik (Taylor et al. 2001). Selanjutnya, sekitar 60.3% dari 335 EID dan
REID selama 60 tahun terakhir disebabkan oleh agen penyakit zoonotik, yang
71.8% di antaranya bersumber di satwa liar (Cunningham 2005; Jones et
al. 2008).
Satwa liar telah diketahui berperan dalam peningkatan kejadian
penyakit menular pada manusia. Satwa
liar sebagai sumber (reservoar) utama berkembangnya penyakit menular
dan zoonosis pada manusia dan hewan domestic (Daszak et al. 2000; Kruse et al. 2004).
Kepentingan dan pengetahuan mengenai satwa
liar sebagai reservoar semakin meningkat karena zoonosis yang bersumber satwa
liar menyebabkan permasalahan utama kesehatan masyarakat di dunia (Kruse et al. 2004).
Secara umum,
zoonosis bersumber satwa liar dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu (1)
penyakit bersumber satwa liar yang penularannya jarang terjadi, namun jika
sekali terjadi maka penularan antara manusia dan manusia dapat berlangsung
selama beberapa periode waktu atau secara permanen, contohnya AIDS oleh HIV,
influenza A, virus Ebola, dan SARS; dan (2) penyakit bersumber satwa liar yang
penularannya secara langsung dan/atau diperantarai vektor, contohnya rabies,
virus Nipah, virus West Nile, Hantavirus, lyme borreliosis, plague, tularemia,
leptospirosis, dan ehrlichiosis (Bengis et
al. 2004).
Sebagai
contoh emerging zoonosis yang
bersumber satwa liar adalah infeksi virus Ebola. Infeksi virus tersebut pertama kali terjadi
di bagian barat daya Sudan dan Republik Demokratik Kongo tahun 1976 (Shakespeare
2009). Virus Ebola memiliki tingkat
kematian tinggi pada manusia karena memiliki subtipe yang berbeda-beda (Leroy et al. 2004). Kasus infeksi virus Ebola yang terjadi pada manusia
dikaitkan dengan penanganan karkas gorilla, simpanse, atau duiker (Sylvicapra grimmia),
dan kontak langusng manusia dengan hewanmati (Bengis et al. 2004).
Contoh lain emerging zoonosis yang bersumber pada
satwa liar yang ditularkan melalui vektor caplak adalah lyme borreliosis. Lymve borreliosis disebabkan oleh sprirochaeta Borrelia burgdorferi yang ditularkan melalui caplak Ixodes ricinus
di Eropa dan Ixodes scapularis dan Ixodes pacificus di Amerika Utara. Siklus silvatik menjadikan inang dan reservoir
tetap pada mamalia liar kecil, rodensia, dan burung pemakan tanah di area endemik. Perubahan ekologi pada lahan pertanian,
deforestasi, dan perkembangan populasi manusia menyebabkan peningkatan populasi
rodensia sebagai reservoir, yang diiringi dengan peningkatan populasi caplak
sebagai vektor. Kasus pertama lyme
borreliosis pada manusia terjadai tahun 1970-an di Amerika Utara, yang
menyebabkan gangguan kulit, sistem saraf, jantung, dan persendian. Contoh reemerging
zoonosis bersumber satwa liar adalah rabies, Rift Valley fever, virus Marburg, bruselosis, bovine tuberculosis, tularemia, plague,
dan leptospirosis (Bengis et al. 2004). Agen patogen yang berinduk semang pada satwa
liar memiliki risiko relative (relative risk) lebih tinggi dalam kemunculan
penyakit baru (emerging disease) daripada agen patogen yang memiliki sebaran
induk semang yang terbatas (Cleaveland et
al. 2007).
Faktor
risiko yang memicu munculnya emerging
zoonosis dan reemerging zoonosis
antara lain: (1) faktor mikroorganisme
yang terkait dengan agen; inang atau
reservoir dan manusia yang terinfeksi dapat menghasilkan jenis baru (varian
baru) yang dapat menembus barrier
spesies lain; (2) faktor perubahan lingkungan yang merupakan hasil dari kerusakan
(degradasi) lingkungan, demografi manusia dan hewan, perubahan pola pertanian,
introduksi spesies asing, dan perubahan iklim;
(3) faktor perilaku sosial dan
budaya, seperti kebiasaan makan, kepercayaan, dan agama; (4) faktor
ekonomi (WHO/FAO/OIE 2004). Sebagian
besar faktor tersebut erat kaitannya dengan faktor risiko antropogenik atau
berasal dari manusia.
Deforestasi
hutan tropis menyebabkan peningkatan kontak antara satwa liar dan manusia
(terutama pemburu). Penebangan hutan
secara sekaligus (clear-cut logging)
kurang menyebabkan kemunculan zoonosis dibandingkan dengan tebang pilih (selective extraction) karena terjadinya
kontak antara manusia dan satwa liar relatif kurang pada penebangan hutan
sekaligus dibandingkan dengan tebang pilih.
Praktik tebang pilih dapat menjaga kelestarian kegaman hayati satwa liar
dibandingkan
dengan penebangan hutan sekaligus, yang berarti juga menjaga keragaman patogen
zoonotik potensial bagi manusia (Wolfe
et al. 2005).
Faktor risiko lain yang terkait dengan
kemunculan zoonosis bersumber satwa liar adalah peningkatan konsumsi daging
satwa liar (bushmeat) di beberapa
belahan dunia, terutama Afrika Tengah dan lembah Sungai Amazon. Wabah virus Ebola di Afrika bagian barat dikaitkan
dengan konsumsi daging simpanse yang telah mati, trikinelosis dikaitkan dengan
konsumsi daging rusa yang dimasak kurang matang, dan hepatitis E yang
menyebabkan kematian pada
pemburu di Jepang terkait dengan konsumsi babi liar (Chomel et al. 2007). Bushmeat
monyet menularkan parasit gastrointestinal, seperti Trichuris sp., Entamoeba coli,
Strongyloides fulleborni, dan Ancylostoma spp. di Kamerun. Kelelawar sering dimanfaatkan juga sebagai bushmeat untuk dikonsumsi. Kelelawar memiliki peran signifikan bagi kesehatan karena berperan sebagai
inang reservoar beberapa virus (Calisher et
al. 2005), seperti virus Hendra, virus Nipah, dan rabies (Krauss et al. 2003).
Di Afrika, pemanfaatan satwa liar, seperti cane rat hingga gorilla, untuk dijadikan
makanan manusia. Peningkatan perdagangan
bushmeat dipicu oleh kebudayaan, politik, dan ekonomi (Karesh dan Noble 2009).
Di Asia Timur dan Tenggara, puluhan juta satwa liar didatangkan tiap
tahun dari regional dan seluruh dunia untuk makanan atua penggunaan obat
tradisional. Diperkirakan lebih dari 1
miliar kilogram bushmeat
diperdagangkan di Aftika Tengah baik untuk konsumsi lokal dan regional, sedangkan
di lembah Sungai Amazon diperdagangkan 67 hingga 164 kilogram bushmeat dengan jumlah mamalia yang
dikonsumsi sebanyak 6.4 juta hingga 15.8 juta ekor (Karesh et al. 2005).
Risiko munculnya zoonosis yang disebabkan
oleh perburuan dan konsumsi daging satwa liar semakin menjadi perhatian global
karena terkait dengan peningkatan populasi manusia, perdagangan global, dan
kontak antara manusia dan hewan.
Perburuan satwa liar oleh manusia dapat membawa risiko perpindahan
patogen antar spesies (Wolfe et al. 2005).
Pustaka
Bengis RG, Leighton FA, Fischer JR, Artois M,
Mörner T, Tate CM. 2004. The role of wildlife in emerging and
re-emerging zoonoses. Rev sci tech Off int Epiz.
23(2):497-511.
Calisher CH, Childs JE, Field HE, Holmes KV,
Schountz T. 2006. Bats: important reservoir hosts of emerging
viruses. Clin Microbial Rev. 19(3):531-545.
Chomel BB, Belotto A, Meslin FX. 2007.
Wildlife, exotic pets, and emerging zoonoses. Emerg
Infect Dis. 13(1):6-11.
Cleaveland SC, Haydon DT, Taylor L.
2007. Overviews of Pathogen Emergence:
Which Pathogens Emerge, When and Why?
Dalam: Childs JE, MackenzieJS, Ticht JA, editor, Wildlife and Emerging Zoonotic Diseases: The Biology, Circumstances and
Concequencies of Cross-Species Transmission. Berlin: Springer. Hlm 85-111.
Cunningham AA. 2005.
A walk on the wild side – emerging wildlife diseases. Brit Med J. 331:1214-1215.
Daszak P, Cunningham AA, Hyatt AD. 2000.
Emerging infectious diseases of wildlife – threats to biodiversity and
human health. Sci. 287:443-449.
Jones KE, Patel NG, Levy MA, Storeygard A,
Balk D, Gittleman JL, Daszak P.
2008. Global trends in emerging
infectious disease. Nature 451:990-993.
Katare M, Kumar M. 2010.
Emerging zoonoses and their determinants. Vet
World. 3(10):481-486.
Krauss H, Weber A, Appe M, Enders B, Isenberg
HD, Schiefer HG, Slenczka W, von Graevenitz A, Zahner H. 2003. Zoonoses:
Infectious Diseases Transmissible from Animals to Humans. Washington, DC: ASM Pr.
Leroy EM, Rouquet P, Formenty P, Souquière S,
Kilbourne A, Froment JM, Bermenjo M, Smit S, Karesh W, Swanepoel R, Zaki SR,
Rollin PE. 2004. Multiple Ebola virus transmission events and
rapid decline of Central Africa wildlife.
Sci. 303:387-390.
Karesh WB, Cook RA, Bennett EL, Newcomb
J. 2005.
Wildlife trade and global disease emergence. Emerg
Infect Dis. 11(7):1000-1002.
Karesh WB, Noble E. 2009. The
bushmeat trade: increased opportunities for transmission of zoonotic
disease. Mt Sinai J Med. 76:429-434.
Shakespeare M. 2009. Zoonoses. Ed ke-2.
London: Pharmaceutica Pr.
Taylor LH, Latham SM, Woolhouse MEJ. 2001. Risk factors for human disease
emergence. Phil Trans R Soc Lond B Biol Sci. 356:983-989.
[WHO] World Health Organization. 2000.
The World Health Report 2000 Health Systems: Improving Performance. Geneva: WHO.
[WHO/FAO/OIE] World Health Organization/Food
and Agriculture Organization of the United Nations/World Organization for
Animal Health. 2004. Report of the WHO/FAO/OIE joint consultation
on emerging zoonotic disease.
Geneve:WHO/FAO/OIE.
Wolfe ND, Dunavan CP, Kilpatrick AM, Burke
DS. 2005. Bushmeat hunting, deforestation, and
prediction of zoonoses emergence. Emerg Infect Dis. 11(12):1822-1827.