ISU VETERINER YANG PERLU MENDAPAT PERHATIAN
Sumber: One Health Project UC Davis School of Vet Med
(http://www.vetmed.ucdavis.edu/onehealth/about/issues.cfm)
Sumber: One Health Project UC Davis School of Vet Med
(http://www.vetmed.ucdavis.edu/onehealth/about/issues.cfm)
1. Penyakit Zoonotik (Zoonotic Diseases)
Penyakit zoonotik adalah penyakit yang dapat ditularkan antara hewan dan manusia, seperti rabies, avian influenza, mad cow disease (bovine spongiform encephalopathy atau BSE). Saat ini banyak ditemukan penyakit zoonotik baru atau yang dikenal dengan istilah emerging zoonotic diseases. Emerging zoonotic diseases didefinisikan sebagai penyakit yang disebabkan oleh agen penyakit yang baru atau agen penyakit yang sudah diketahui/dikenal sebelumnya namun muncul pada daerah/tempat yang baru atau pada spesies lain yang sebelumnya tidak pernah terinfeksi.
Pada satu dekade terakhir ini dilaporkan bahwa 75% penyakit infeksius baru (emerging infectious diseases) pada manusia disebabkan oleh agen penyakit (patogen) yang berasal dari hewan atau produknya, yang berarti penyakit tersebut dikategorikan sebagai penyakit zoonotik.
Dokter hewan menjadi "garis terdepan" dalam pengenalan, diagnosis, dan respon terhadap penyakit-penyakit zoonotik ini (veterinarians find themselves on the front lines in recognizing, diagnosing, and responding to these diseases).
2. Keamanan Pangan (Food Safety)
Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk di dunia yang cepat maka kebutuhan dan ketergantungan terhadap pangan juga meningkat cepat. Diperkirakan bahwa sebelum tahun 2020 kebutuhan pangan meningkat mencapai 50%. Oleh sebab itu, perlu tindakan untuk menyediakan pangan yang aman dan cukup bagi populasi dunia (sekitar 7 miliar orang).
Dokter hewan memiliki kepakaran dalam praktik produksi pangan, manajemen ekosistem, dan masalah-masalah pencemaran mikrobial yang berkaitan dengan keamanan pangan (veterinarians have the expertise to address food-production practices, ecosystem management, and microbial contamination problems associated with food safety).
3. Kesehatan Masyarakat (Public Health)
Perubahan dalam penggunaan lahan dan air, pengalihan hutan sebagai habitat satwa liar untuk pertanian dan aktivitas manusia, sampah, polusi dan cemaran berkontribusi terhadap ancaman dan degradasi sumberdaya alam yang tentunya akan mengancam kelangsungan hidup dan kehidupan. Selain itu perdagangan global, transportasi masal, industrialisasi pengolahan panga, dan perubahan iklim berkontribusi pula terhadap peningkatan tekanan dan penyebaran penyakit dan pencemaran. Hal-hal tersebut mengancam kesehatan masyarakat.
Dokter hewan yang memiliki pendidikan dalam interaksi biologis multi- dan antar-spesies, pendekatan klinis, dan kedokteran pencegahan menjadikannya sebagai mitra kerjasama yang ideal dan kritis (veterinarians, with their education in multi- and cross-species biological interactions, clinical approaches, and preventive medicine, make ideal and critical public health collaborators).
4. Kesehatan Satwa Liar (Wildlife Health)
Sekitar 75% dari agen penyakit infeksius berasal dari infeksi endemis pada satwa liar. Gangguan manusia terhadap habitat satwa liar mengundang agen infeksius pada satwa liar menjadi patogen untuk populasi manusia. Dengan demikian, sangatlah penting untuk mengidentifikasi "rute" agen penyakit tersebut sampai menginfeksi manusia dan mengetahui dampaknya pada hewan sebagai induk semang utama atau induk semang antara. Pentingnya peran satwa liar dalam ekosistem memerlukan manajemen kerjasama yang peka dan terampil.
Dokter hewan memiliki posisi unik untuk menyebarkan latar belakang pendidikan dan pemahamannya tentang penyakit hewan untuk mengindentifikasi, mengelola, dan mengendalikan penyakit-penyakit bersumber pada satwa liar (veterinarians are in a unique position to deploy their backgrounds and understanding of animal diseases to identify, manage, and control these diseases).
5. Resitensi Antimikrobial (Antimicrobial Resistance)
Kemunculan dan penyebaran resistensi antimikrobial diantara bakteri, virus dan organisme penyebab sakit lainnya menjadi ancaman terhadap usaha melawan penyakit infekius. Penyalahgunaan dan pemahaman yang kurang tentang antimikroba di masa lalu telah menyebabkan evolusi alami organisme patogen menjadi resisten. Hal ini yang menyebabkan kemampuan untuk melawan organisme-organisme tersebut berkurang. Walau resistensi antimikrobial ini belum diketahui pasti seberapa besar masalahnya, dokter hewan (harus) menjadi bagian terdepan dalam penggunaan antimikrobial yang tepat, tindakan-tindakan pengendalian secara komprehensif, dan penelitian pengembangan dan penerapan antibiotik (veterinarians are on the forefront of proper use, comprehensive control measures, and research in antibiotic development and application).
6. Kesiapsiagaan Bencana (Disaster Preparedness)
Tantangan untuk kesiapan lebih baik menghadapi bencana alam dan yang diakibatkan oleh manuisa merupakan perhatian yang luar biasa dari semua pihak, namun dokter hewan memiliki posisi unik untuk menilai implikasi bencana terhadap komunitas manusia dan hewan. Saat ini, mayoritas usaha-usaha penanggulangan bencana ditargetkan hanya kepada manusia, walaupun dokter hewan paham kaitan yang erat (tidak mungkin diabaikan atau dipisahkan) antara manusia dan hewan. Profesi dokter hewan dapat berperan penting dalam bencana, termasuk ketentuan tentang penyelamatan (rescue) dan pemberian tindakan darurat kepada manusia, hewan pelihara, dan ternaknya. Dengan pengetahuan tentang epidemiologi veteriner, kesehatan, peternakan, dan tingkah laku, dokter hewan dapat memberikan kontribusi yang khas dalam perbaikan kualitas hidup baik pada hewan maupun manusia pada saat terjadinya bencana (drawing on their knowledge of animal epidemiology, health, husbandry, and behavior, veterinarians can uniquely contribute to improving quality of life for both animals and humans in the event of disaster).
Tulisan di atas bukan berarti dokter hewan segala-galanya, namun pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh selama pendidikan dokter hewan, termasuk pendidikan berkelanjutan, patut menjadikan dokter hewan sebagai mitra "signifikan" dalam bidang kesehatan dan kesejahteran masyarakat.
Penyakit zoonotik adalah penyakit yang dapat ditularkan antara hewan dan manusia, seperti rabies, avian influenza, mad cow disease (bovine spongiform encephalopathy atau BSE). Saat ini banyak ditemukan penyakit zoonotik baru atau yang dikenal dengan istilah emerging zoonotic diseases. Emerging zoonotic diseases didefinisikan sebagai penyakit yang disebabkan oleh agen penyakit yang baru atau agen penyakit yang sudah diketahui/dikenal sebelumnya namun muncul pada daerah/tempat yang baru atau pada spesies lain yang sebelumnya tidak pernah terinfeksi.
Pada satu dekade terakhir ini dilaporkan bahwa 75% penyakit infeksius baru (emerging infectious diseases) pada manusia disebabkan oleh agen penyakit (patogen) yang berasal dari hewan atau produknya, yang berarti penyakit tersebut dikategorikan sebagai penyakit zoonotik.
Dokter hewan menjadi "garis terdepan" dalam pengenalan, diagnosis, dan respon terhadap penyakit-penyakit zoonotik ini (veterinarians find themselves on the front lines in recognizing, diagnosing, and responding to these diseases).
2. Keamanan Pangan (Food Safety)
Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk di dunia yang cepat maka kebutuhan dan ketergantungan terhadap pangan juga meningkat cepat. Diperkirakan bahwa sebelum tahun 2020 kebutuhan pangan meningkat mencapai 50%. Oleh sebab itu, perlu tindakan untuk menyediakan pangan yang aman dan cukup bagi populasi dunia (sekitar 7 miliar orang).
Dokter hewan memiliki kepakaran dalam praktik produksi pangan, manajemen ekosistem, dan masalah-masalah pencemaran mikrobial yang berkaitan dengan keamanan pangan (veterinarians have the expertise to address food-production practices, ecosystem management, and microbial contamination problems associated with food safety).
3. Kesehatan Masyarakat (Public Health)
Perubahan dalam penggunaan lahan dan air, pengalihan hutan sebagai habitat satwa liar untuk pertanian dan aktivitas manusia, sampah, polusi dan cemaran berkontribusi terhadap ancaman dan degradasi sumberdaya alam yang tentunya akan mengancam kelangsungan hidup dan kehidupan. Selain itu perdagangan global, transportasi masal, industrialisasi pengolahan panga, dan perubahan iklim berkontribusi pula terhadap peningkatan tekanan dan penyebaran penyakit dan pencemaran. Hal-hal tersebut mengancam kesehatan masyarakat.
Dokter hewan yang memiliki pendidikan dalam interaksi biologis multi- dan antar-spesies, pendekatan klinis, dan kedokteran pencegahan menjadikannya sebagai mitra kerjasama yang ideal dan kritis (veterinarians, with their education in multi- and cross-species biological interactions, clinical approaches, and preventive medicine, make ideal and critical public health collaborators).
4. Kesehatan Satwa Liar (Wildlife Health)
Sekitar 75% dari agen penyakit infeksius berasal dari infeksi endemis pada satwa liar. Gangguan manusia terhadap habitat satwa liar mengundang agen infeksius pada satwa liar menjadi patogen untuk populasi manusia. Dengan demikian, sangatlah penting untuk mengidentifikasi "rute" agen penyakit tersebut sampai menginfeksi manusia dan mengetahui dampaknya pada hewan sebagai induk semang utama atau induk semang antara. Pentingnya peran satwa liar dalam ekosistem memerlukan manajemen kerjasama yang peka dan terampil.
Dokter hewan memiliki posisi unik untuk menyebarkan latar belakang pendidikan dan pemahamannya tentang penyakit hewan untuk mengindentifikasi, mengelola, dan mengendalikan penyakit-penyakit bersumber pada satwa liar (veterinarians are in a unique position to deploy their backgrounds and understanding of animal diseases to identify, manage, and control these diseases).
5. Resitensi Antimikrobial (Antimicrobial Resistance)
Kemunculan dan penyebaran resistensi antimikrobial diantara bakteri, virus dan organisme penyebab sakit lainnya menjadi ancaman terhadap usaha melawan penyakit infekius. Penyalahgunaan dan pemahaman yang kurang tentang antimikroba di masa lalu telah menyebabkan evolusi alami organisme patogen menjadi resisten. Hal ini yang menyebabkan kemampuan untuk melawan organisme-organisme tersebut berkurang. Walau resistensi antimikrobial ini belum diketahui pasti seberapa besar masalahnya, dokter hewan (harus) menjadi bagian terdepan dalam penggunaan antimikrobial yang tepat, tindakan-tindakan pengendalian secara komprehensif, dan penelitian pengembangan dan penerapan antibiotik (veterinarians are on the forefront of proper use, comprehensive control measures, and research in antibiotic development and application).
6. Kesiapsiagaan Bencana (Disaster Preparedness)
Tantangan untuk kesiapan lebih baik menghadapi bencana alam dan yang diakibatkan oleh manuisa merupakan perhatian yang luar biasa dari semua pihak, namun dokter hewan memiliki posisi unik untuk menilai implikasi bencana terhadap komunitas manusia dan hewan. Saat ini, mayoritas usaha-usaha penanggulangan bencana ditargetkan hanya kepada manusia, walaupun dokter hewan paham kaitan yang erat (tidak mungkin diabaikan atau dipisahkan) antara manusia dan hewan. Profesi dokter hewan dapat berperan penting dalam bencana, termasuk ketentuan tentang penyelamatan (rescue) dan pemberian tindakan darurat kepada manusia, hewan pelihara, dan ternaknya. Dengan pengetahuan tentang epidemiologi veteriner, kesehatan, peternakan, dan tingkah laku, dokter hewan dapat memberikan kontribusi yang khas dalam perbaikan kualitas hidup baik pada hewan maupun manusia pada saat terjadinya bencana (drawing on their knowledge of animal epidemiology, health, husbandry, and behavior, veterinarians can uniquely contribute to improving quality of life for both animals and humans in the event of disaster).
Tulisan di atas bukan berarti dokter hewan segala-galanya, namun pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh selama pendidikan dokter hewan, termasuk pendidikan berkelanjutan, patut menjadikan dokter hewan sebagai mitra "signifikan" dalam bidang kesehatan dan kesejahteran masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar