Sabtu, 18 April 2009

FOODBORNE ZOONOSIS

FOODBORNE ZOONOSIS (1)

Denny W. Lukman
Bagian Kesehatan Masyarakat Veteriner FKH IPB



Peningkatan konsumsi pangan asal hewan di dunia semakin meningkat. Hal ini mempengaruhi sistem produksi dan bergesernya sentra produksi hewan di dunia. Selain itu, hal tersebut membuat hubungan antara manusia dan hewan semakin dekat. Hal ini tentu memberikan konsekuensi meningkat dan menyebarnya kasus penyakit pada hewan, termasuk yang menjadi perhatian penting adalah penyakit hewan yang dapat menular dari hewan ke manusia, yang dikenal sebagai zoonosis atau penyakit zoonotik.

Perkembangan produksi hasil peternakan ke negara-negara berkembang, tanpa dukungan sistem kesehatan hewan yang memadai, menyebabkan peningkatan kasus dan penyebaran penyakit zoonotik. Misalnya penyebaran penyakit avian influenza (virus avian influenza H5N1) yang sudah menyebar di dunia.

Taylor et al. (2001) melaporkan bahwa dari 1415 patogen yang dapat menginfeksi manusia, 868 (61.3%) patogen diketahui berasal dari hewan dan bersifat zoonotik. Sebanyak 175 spesies (12.4% dari 1415) merupakan penyebab penyakit-penyakit baru (emerging disease) pada manusia. Dari 175 spesies tersebut, 135 dari spesies tersebut (75%) bersumber pada hewan dan tentunya bersifat zoonotik. Hal ini memberikan "peringatan" bahwa peran mikroorganisme pada hewan penting diperhatikan dari aspek kesehatan masyarakat.

Beberapa mikroorganisme patogen yang bersifat zoonotik tersebut dapat ditularkan ke manusia melalui produk-produk hewan, dan menyebabkan foodborne diseases atau foodborne illness (penyakit yang disebabkan oleh mengonsumsi makanan, termasuk air, yang mengandung mikroorganisme patogen atau bahaya-bahaya keamanan pangan lain), yang dikenal sebagai foodborne zoonosis. Hal ini yang menjadi perhatian serius keamanan pangan dan kesehatan masyarakat veteriner. Foodborne zoonosis didefinisikan sebagai infeksi pada manusia yang ditularkan melalui makanan yang sumbernya dari hewan yang terinfeksi.

Beberapa foodborne zoonosis yang sudah lama dikenal antara lain antraks (disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis) yang ditularkan melalui daging domba, kambing, sapi dan kerbau; sistiserkosis/taeniasis (disebabkan oleh larva cacing Taenia solium) yang ditularkan melalui daging babi; toksoplasmosis (disebabkan oleh protozoa Toxoplasma spp) yang ditularkan melalui daging kambing/domba.

Emerging foodborne zoonosis atau foodborne zoonosis yang "baru" yang menjadi tantangan kesehatan masyarakat dan keamanan pangan antara lain:
1. Bovine spongiform encephalopathie (BSE, dikenal juga mad cow) yang disebabkan oleh prion infeksius; ditularkan melalui organ-organ dari sapi yang terinfeksi.
2. Mycobacterium paratuberculosis, atau Mycobacterium avium subspecies paratuberculosis, bakteri yang menyebabkan penyakit Johne pada ternak (sapi). Penyakit pada manusia yang terkait dengan bakteri ini adalah Crohn's disease. Bakteri ini dapat ditemukan pada susu dan daging sapi terinfeksi. Bakteri ini relatif tahan panas, sehingga mungkin dapat ditemukan pada susu pasturisasi.
3. Salmonella non-tifoid, seperti Salmonella enterica serotipe Enteritidis (Salmonella Enteritidis) yang banyak ditemukan pada telur ayam normal (grade A), dari ayam yang terinfeksi. Bakteri ini diturunkan dari induk ke telur secara intrauterin.

Emerging foodborne zoonosis di masa depan cenderung disebabkan oleh virus dan parasit.

(bersambung)







Tidak ada komentar: