Jumat, 21 Agustus 2009

FOODBORNE ZOONOSIS (3)

Foodborne Zoonosis (3)


Campylobacteriosis

Campylobacteriosis menjadi penyebab kasus diare dan diperkirakan mengambil porsi 5-14% dari seluruh kasus diare di dunia (CFSPH 2005b). Foodborne campylobacteriosis umumnya disebabkan oleh Campylobacter jejuni dan C. coli. Kedua spesies tersebut merupakan patogen terpenting terhadap campylobacteriosis pada manusia, yang mana C. jejuni merupakan penyebab 80-90% dan C. coli 5-10% campylobacteriosis enterik pada manusia.

CDC melaporkan bahwa pada tahun 1998-2002 Campylobacter spp sebagai penyebab 61 wabah di Amerika Serikat dengan 1440 kasus. Campylobacteriosis diduda sebagai kasus tertinggi di antara foodborne bacterial infection di Amerika Serikat, yang diperkirakan mencapai 1,9 juta kasus per tahun dan berhubungan erat dengan konsumsi ayam. Ancaman terhadap kesehatan masyarakat dari infeksi Campylobacter ini adalah spesies ini telah resisten terhadap beberapa antibiotik, khususnya florokuinolon dan makrolida, serta bersifat zoonotik(Bhunia 2008).
Campylobacter spp menyebabkan infeksi pada lambung dan usus (gastroenteritis) dan di luar usus (ekstra-intestinal). Kebanyakan spesies Campylobacter berkaitan dengan sejumlah penyakit pada manusia dan hewan, antara lain diare, pankreatitis, meningitis, bakterimia, septisemia, aborsi, dan periodontitis. Bakteri ini juga dapat menyebabkan komplikasi setelah infeksi, dan yang terpenting adalah sindrom Guillain-Barré (Hu dan Kopecko 2003).

Diare pada kasus campylobacteriosis bersifat terbatas dan umumnya kembali normal dalam waktu 7-10 hari. Kasus yang fatal biasanya terjadi pada penderita yang mengalami gangguan kekebalan tubuh (imunosupresi), kanker, adanya infeksi berulang (kambuh), adanya infeksi lain, atau bila terjadi septisemia. Sindrom Guillain-Barré diperkirakan dijumpai 1 dari 1000 yang didiagnosis. Sampai 5% penderita sindrom Guillain-Barré meninggal dan >30% penderita mengalami gangguan syaraf (CFSPH 2005b).

Gejala klinis enteritis campylobacteriosis terlihat rata-rata setelah 3 hari (berkisar 1-7 hari) setelah mengonsumsi pangan yang tercemar. Penyakit diawali dengna nyeri dan kram pada perut serta diare. Penderita dapat mengalami demam, menggigil, sakit kepala, dan nyeri otot. Mual sering ditemukan pada penderita, namun muntah jarang. Beberapa infeksi tidak menimbulkan gejala klinis (<25%).>


E. coli


Kebanyakan galur E. coli bersifat tidak patogen dan tinggal di saluran pencernaan manusia dan hewan. E. coli yang patogen dapat menyebabkan berbagai penyakit, antara lain gastroenteritis, disentri, hemolytic uremic syndrome (HUS), infeksi saluran kemih, septisemia, pneumonia, dan meningitis. Akhir-akhir ini yang menjadi perhatian adalah meningkatnya wabah yang disebabkan oleh enterohemorrhagic E. coli (EHEC) dan berkaitan dengan konsumsi daging, buah, sayuran yang tercemar, khususnya di negara berkembang. Pangan asal hewan yang sering terkait dengan wabah EHEC di Amerika Serikat, Eropa, dan Kanada adalah daging sapi giling (ground beef). Selain itu, daging babi, daging ayam, daging domba, dan susu segar (mentah).

Serotipe utama yang berkaitan dengan EHEC adalah E. coli O157:H7, yang pertama kali dilaporkan sebagai penyebab wabah foodborne disease pada tahun 1982-1983. EHEC ini menghasilkan Shiga-like toxins sehingga disebut pula sebagai Shiga toxin producing E. coli (STEC). Shiga toxin ini mematikan sel vero, sehingga disebut pula verotoxin-producing E. coli (VTEC). Bakteri ini umumnya tinggal di usus hewan, khususnya sapi, tanpa menimbulkan gejala penyakit. Bakteri ini juga dapat diisolasi dari feses ayam, kambing, domba, babi, anjing, kucing, dan sea gulls.

Infeksi EHEC sering menimbulkan diare berdarah yang parah dan kram bagian perut, namun kadang tidak menimbulkan diare berdarah atau tanpa gejala sama sekali. Pada anak di bawah umur 5 tahun dan orang tua sering menimbulkan komplikasi yang disebut hemolytic uremic syndrome (HUS), yang ditandai dengan rusaknya sel darah merah dan kegagalan ginjal. Kira-kira 2-7% infeksi EHEC mengarah ke HUS. Di Amerika Serikat, anak-anak yang mengalami kegagalan ginjal akut banyak disebabkan oleh HUS akibat EHEC. Infeksi EHEC ini dapat juga menimbulkan kematian, khususnya pada anak-anak dan orang tua, berkaitan dengan timbulnya hemorrhagic colitis (HC), HUS, thrombotic thrombocytopenic purpura (Eslava et al. 2003).

Tidak ada komentar: